SLDC MODEL SPIRAL
SOFTWARE DEVELOMENT LIFE CYCLE (SLDC)
MODEL SPIRAL
Model ini pertama kali dijelaskan oleh Barry Boehm pada tahun 1986 makalahnya “A Spiral Model
Pengembangan Perangkat Lunak dan perangkat tambahan”. Pada tahun 1988 Boehm
menerbitkan sebuah makalah yang sama untuk khalayak yang lebih luas.
Dalam publikasi kemudian Boehm menjelaskan model spiral sebagai
“model proses generator”, di mana pilihan berdasarkan risiko proyek ini
menghasilkan model proses yang tepat untuk proyek tersebut. Dengan demikian,
tambahan, air terjun, prototyping, dan model proses lainnya adalah kasus khusus
dari model spiral yang sesuai dengan pola risiko proyek tertentu.
Tahap desain umumnya digunakan pada model Waterfall, sedangkan
tahap prototyping adalah suatu model dimana software dibuat prototype (incomplete
model), “blue-print”-nya, atau contohnya dan ditunjukkan ke user /
customer untuk mendapatkan feedback-nya. Jika prototype-nya
sudah sesuai dengan keinginan user / customer, maka proses SE dilanjutkan
dengan membuat produk sesungguhnya dengan menambah dan memperbaiki kekurangan
dari prototype tadi.
Model ini juga mengkombinasikan top-down design dengan bottom-up
design, dimana top-down design menetapkan sistem global terlebih dahulu, baru
diteruskan dengan detail sistemnya, sedangkan bottom-up design berlaku
sebaliknya. Top-down design biasanya diaplikasikan pada model waterfall dengan
sequential-nya, sedangkan bottom-up design biasanya diaplikasikan pada model
prototyping dengan feedback yang diperoleh. Dari 2 kombinasi tersebut, yaitu
kombinasi antara desain dan prototyping, serta top-down dan bottom-up, yang
juga diaplikasikan pada model waterfall dan prototype, maka spiral model ini
dapat dikatakan sebagai model proses hasil kombinasi dari kedua model tersebut.
Oleh karena itu, model ini biasanya dipakai untuk pembuatan software dengan
skala besar dan kompleks.
Spiral model dibagi menjadi beberapa framework aktivitas, yang
disebut dengan task regions. Kebanyakan aktivitas2 tersebut dibagi antara 3
sampai 6 aktivitas. Berikut adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam
spiral model:
·
Customer communication. Aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun komunikasi yang
efektif antara developer dengan user / customer terutama mengenai kebutuhan
dari customer.
·
Planning. Aktivitas perencanaan ini
dibutuhkan untuk menentukan sumberdaya, perkiraan waktu pengerjaan, dan
informasi lainnya yang dibutuhkan untuk pengembangan software.
·
Analysis risk. Aktivitas analisis resiko
ini dijalankan untuk menganalisis baik resiko secara teknikal maupun secara
manajerial. Tahap inilah yang mungkin tidak ada pada model proses yang juga
menggunakan metode iterasi, tetapi hanya dilakukan pada spiral model.
·
Engineering. Aktivitas yang dibutuhkan
untuk membangun 1 atau lebih representasi dari aplikasi secara teknikal.
·
Construction & Release. Aktivitas yang dibutuhkan untuk develop software, testing,
instalasi dan penyediaan user / costumer support seperti training penggunaan
software serta dokumentasi seperti buku manual penggunaan software.
·
Customer evaluation. Aktivitas yang dibutuhkan untuk mendapatkan feedback dari
user / customer berdasarkan evaluasi mereka selama representasi software pada
tahap engineering maupun pada implementasi selama instalasi software pada tahap
construction and release
Berikut adalah siklus
pada model Spiral
Penjelasan mengenai gambar diatas
Satu lingkaran dari bentuk spiral pada spiral
model dibagi menjadi beberapa daerah yang disebut dengan region. Region
tersebut dibagi sesuai dengan jumlah aktivitas yang dilakukan dalam spiral
model. Tentunya lingkup tugas untuk project yang kecil dan besar berbeda. Untuk
project yang besar, setiap region berisi sejumlah tugas-tugas yang tentunya
lebih banyak dan kompleks daripada untuk project yang kecil. SE berjalan dari
inti spiral berjalan mengitari sirkuit per sirkuit. Sebagai contoh untuk
sirkuit pertama dilakukan untuk pembangunan dari spesifikasi dari software
dengan mencari kebutuhan dari customer. Untuk sirkuit pertama harus menjalani
semua aktivitas yang didefinisikan. Setelah 1 sirkuit terlewati lanjut ke tugas
selanjutnya misalnya membangun prototype. Tugas ini juga harus mengitari 1
sirkuit dan begitu terus selanjutnya sampai project selesai.
Tidak seperti model-model konvesional dimana
setelah SE selesai, maka model tersebut juga dianggap selesai. Akan tetapi hal
ini tidak berlaku untuk spiral model, dimana model ini dapat digunakan kembali
sepanjang umur dari software tersebut. Pada umumnya, spiral model digunakan
untuk beberapa project seperti Concept Development Project (proyek pengembangan
konsep), New Product Development Project (proyek pengembangan produk baru),
Product Enhancement Project (proyek peningkatan produk), dan Product
Maintenance Project (proyek pemeliharaan proyek). Keempat project tersebut
berjalan berurutan mengitari sirkuit dari spiral. Sebagai contoh setelah suatu
konsep dikembangkan dengan melalui aktivitas2 dari spiral model, maka
dilanjutkan dengan proyek selanjutnya yaitu pengembangan produk baru,
peningkatan produk, sampai pemeliharaan proyek. Semuanya melalui sirkuit2 dari
spiral model.
Kelebihan dari Spiral Model
- Perubahan
kebutuhan dapat diakomodir.
- Persyaratan
dapat diketahui lebih akurat.
- Pengguna
dapat melihat sistem awal.
- Pembangunan
dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan bagian-bagian yang
berisiko dapat dikembangkan sebelumnya yang membantu dalam manajemen risiko
yang lebih baik
Kekurangan dari Spiral Model
- Manajemen
lebih kompleks.
- Akhir
proyek mungkin tidak diketahui di awal.
- Tidak
cocok untuk proyek-proyek berisiko kecil atau rendah dan bisa menjadi mahal
untuk proyek-proyek kecil.
- Proses
yang kompleks
- Spiral
mungkin berlangsung tanpa batas.
Sumber :

Komentar
Posting Komentar